Kalian pernah liat orang tiba-tiba berteriak sendiri? Sering bertingkah aneh,
menyakiti diri sendiri sampai-sampai ingin bunuh diri? Atau pernah menonton
berita tv tentang pembunuhan sadis yang katanya didasarkan pada bisikan gaib? Yakin
kalo itu bisikan gaib?? Kalian pasti langsung mengira kalo orang itu sedang kerasukan
atau mereka adalah orang gila. Hmm…Pernah gak terfikir kalo mungkin saja mereka
adalah penderita skizofrenia yang tidak terdeteksi?
Skizofrenia??? Apa itu??
Menurut wikipedia,Skizofrenia
adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi
fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku.[1] Ia adalah
gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya
perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan
antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi
(persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Menurut
WHO (2011), ada beberapa fakta menarik berkaitan dengan skizofrenia:
-Skizofrenia memengaruhi
sekitar 24 juta orang di seluruh dunia.
-Skizofrenia merupakan
gangguan yang dapat dirawat (treatable), terapi akan menjadi lebih efektif di
stadium awal.
-Lebih dari 50% penderita
skizofrenia belum mendapatkan perawatan yang sesuai dan maksimal.
-Sekitar 90% penderita
skizofrenia yang tak terawat berada di negara-negara berkembang.
-Perawatan penderita
skizofrenia dapat dilakukan di level komunitas, dengan dengan melibatkan peran
serta komunitas dan keluarga secara aktif.
Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara
lain
-ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi:
wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
-Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan
pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar
(sirkumstantial).
-Gangguan atensi: penderita tidak mampu
memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
-Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup,
menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa
alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Gejala-gejala
skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
-Gejala-gejala Positif
Termasuk
halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif).
Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat
diamati oleh orang lain.
-Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala
yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau
fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu
menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan
untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan
kurangnya kemampuan bicara
Meski
bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik
yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan
dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan
perilaku dan gangguan Post Traumatic
Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau
skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati
oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada
remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia,
yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang
sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang
mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada
gangguan skizotipal orang memiliki
perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh,
pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak
biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran
yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang
termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak
semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi
skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala
skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik.
Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor
psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis
obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi)
juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Di
Indonesia, terdapat komunitas peduli schizophrenia dengan nama Komunitas Peduli
Schizophrenia Indonesia (KPSI). Kegiatan utama yang dilakukan komunitas ini
adalah mengedukasi masyarakat tentang schizophrenia. Selain kegiatan
utama, komunitas ini juga menjadi wadah bagi keluarga penderita untuk saling
berbagi mengenai permasalahan yang dihadapi dan solusi terhadap masalah masalah
yang dihadapi.
Kesabaran
dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga
perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash,
doktor
ilmu matematika
dan pemenang hadiah Nobel
1994 yang mengilhami film A
Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan
tetap berprestasi. Saya juga pernah
membaca sebuah novel based true story
dari penderita Skizofrenia Lori Schiller “The Voices of Demonds” yang sekarang hidup normal dan menjadi
penasehat serta mengajar tentang perawatan dan penanggulangan penyakit schizophrenia
di New York Hospital. Skizofrenia bukan untuk ditakuti tetapi perlu di beri
perhatian lebih. ^_^V
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan numpang coret bagi syapa sj yang berminat yaa...sebaris ketikan komen kamu sangat berarti besar buat motivasi blog baru ini..(o_o)v