Tafsir Bil Hikmah Fenomena Angka dan Semesta
“Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya.”
(Q.S. Ar-Ra’du 13 : 8)
Ayat-ayat Allah ada yang tertulis dalam kitab suci Al Quran dan ada pula
yang tidak tertulis di dalamnya, yaitu yang terbentang di seluruh jagat raya.
Ayat 8 dari surat ke-13 di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala
sesuatu dengan kadar ukuran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, tidak ada
ayat Allah, baik yang tertulis maupun yang terbentang itu ada atau terjadi
begitu saja, tanpa disengaja. Semuanya sudah direncanakan, diperhitungkan, dan
diatur oleh-Nya, bukan merupakan sesuatu yang kebetulan.
Apabila disengaja, tentu ada maksud dan tujuannya. Maksud dan tujuan
Allah membuat itu semua ada yang bisa langsung dipahami oleh manusia namun ada
juga yang memerlukan penafsiran. Saat manusia melakukan penafsiran, bisa jadi
makna sebenarnya dari ayat-ayat Allah itu tersingkap, tetapi mungkin juga
penafsiran itu tidak atau belum mencapai makna sebenarnya. Namun yang pasti,
manusia memang diperintahkan untuk terus menelaah dan mengkaji ayat-ayat Allah.
Demikian juga dengan ayat-ayat Allah yang berupa angka dan bilangan,
baik yang terdapat di dalam Al Quran ataupun yang ada di alam semesta ini. Planet yang beredar mengelilingi matahari
berjumlah 9, satu tahun terdiri atas 12 bulan, satu minggu ada 7 hari. Umat
Islam diperintahkan shalat wajib sehari semalam 5 kali, apabila berjamaah
pahalanya 27 derajat. Seusai shalat, kita disuruh berdikir masing-masing 33 kali.
Tentu ada makna di balik angka-angka tersebut.
Pertanyaannya, bisakah manusia menafsirkannya?
Bagaimana hukumnya?
Angka-Angka Bermakna
Fenomena 165
Di dalam Flying Book yang ditulis oleh KH. Fahmi
Basya, bilangan 165 ditafsirkan memiliki arti yang khusus. Angka 1 berarti
Tuhan, tertuang dalam konsep Ihsan. 6 berarti Rukun Iman dan 5 merupakan Rukun
Islam. Angka 165 itu ternyata juga muncul ketika kita melaksanakan zikir di
setiap ba’da shalat fardhu. Nabi memerintahkan kita untuk berzikir dengan mengucap
Subhanallaah sebanyak 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allaahu
Akbar juga 33 kali. Dalam hadis sahih riwayat Muslim dari Abu Hurairah juga
dari Qutaibah, Rasul bersabda, “Sukakah kamu kuajarkan suatu amal yang dapat
memperoleh pahala orang-orang dahulu serta mendahului orang-orang sesudah kamu
dan tidak akan ada orang yang lebih mulia dari kamu melainkan orang yang
mengamalkan seperti amalmu, sabda Rosul: Hendaklah kamu tasbih, takbir dan
tahmid masing-masing 33 kali setiap selesai shalat.”
Apabila setiap selesai shalat masing-masing ucapan zikir
itu dilafalkan sebanyak 33 kali, maka dalam sehari semalam atau lima kali
shalat fardhu maka kita mengucapkan zikir-zikir itu masing-masing sebanyak 33 x
5 = 165. Jadi, ditafsirkan bahwa zikir-zikir ba’da shalat merupakan pengokoh
Islam, Iman, dan Ihsan kita. Dengan konsisten mengucapkan zikir-zikir itu
secara ikhlas dan khusyu, berarti kita menjaga dan memperkuat ke-Islam-an,
ke-Iman-an, dan sikap Ihsan kita.
Selain itu, angka 165 juga muncul dalam fenomena lima
bilangan ganjil pertama. Di dalam hadis disebutkan bahwa Allah menyukai yang
ganjil. Apabila kita menjumlahkan lima bilangan ganjil pertama yang dipangkat
dua maka akan kita dapatkan hasilnya sebagai berikut:
12 + 32 + 52 + 72 + 92
= 1 + 9 + 25 +
49 + 81
= 165
Juga apabila kita perhatikan surat ke-1 dalam Al Quran,
yaitu Al Fatihah, terjemah ayat ke-5 berbunyi, “Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Tafsirannya,
menyembah dan memohon pertolongan tertuang dalam rukun Islam. Sedangkan ayat
ke-6 nya berarti “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”, tafsirannya,
untuk menempuh jalan yang lurus harus berbekal Rukun Iman.
Peringatan Ahad
Ahad berarti satu, juga merupakan nama salah satu hari.
Berkaitan dengan hal ini, apabila kita coba perhatikan beberapa kejadian pada
tahun 2004 yang lalu, akan kita temukan sebuah rangkaian ‘pertanda’ tentang
pesan tertentu yang disampaikan oleh Allah kepada manusia. Pada tahun itu, Hari
Raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijah yang bertepatan dengan tanggal 1 Februari
jatuh pada hari Ahad. Demikian juga dengan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal yang
bertepatan dengan tanggal 14 November, jatuh pada hari Ahad. Maulid Nabi
Muhammad saw. tanggal 12 Robiul Awal yang bertepatan dengan tanggal 2 Mei pun
ternyata jatuh pada hari Ahad. Juga peristiwa Isra’ Miraj tanggal 27 Rajab yang
bertepatan dengan tanggal 12 September dan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram yang
bertepatan dengan tanggal 22 Februari, keduanya juga terjadi pada hari Ahad.
Dan yang paling akhir, ada sebuah peristiwa yang menggemparkan seisi dunia yang
merenggut ratusan ribu korban jiwa, yaitu bencana gempa bumi dan Tsunami di
Aceh pada tanggal 26 Desember, ternyata juga terjadi pada hari Ahad.
Apakah peristiwa-peristiwa besar yang sama-sama terjadi
pada hari Ahad tersebut terjadi secara kebetulan? Pasti tidak. Sepertinya bumi
yang terus berotasi dan berevolusi ini melalui kejadian-kejadian tersebut
sedang mengumandangkan kalimat ‘Ahad’, ‘Ahad’, ‘Ahad’, ‘Ahad’, … ‘Ahad’. Lantas
apakah atau siapakah ‘Ahad’ itu. Jawabnnya adalah Allah. “Katakanlah,
‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Ahad). Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia’.” (Q.S. Al Ikhlash 112: 1-4)
Peristiwa-peristiwa Ahad itu sepertinya menjadi
peringatan bagi manusia untuk kembali mengingat Allah Yang Maha Ahad. Zaman
sekarang ini memang semakin banyak orang yang berbuat maksiat dan melalaikan
perintah Allah. Sehingga, barangkali Allah pun memperingatkan kita melalui
peristiwa-peristiwa tersebut. “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S.
Yunus 10: 5)
27 Derajat
Dalam salah satu hadis disebutkan bahwa pahala shalat
berjamaah adalah 27 derajat lebih tinggi dibandingkan shalat sendiri. Tentang
hal ini, Agus Mustofa dalam buku Pusaran Energi Ka’bah menyatakan bahwa
ketika kita shalat –di mana di dalamnya kita banyak membaca ayat Al Quran,
berzikir, dan menyebut nama Allah– sesungguhnya kita sedang memancarkan energi
positif dari dalam diri kita. Energi itu berupa getaran-getaran sebagaimana
digambarkan dalam firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”(Q.S. Al Anfal 8: 2)
Menurut Agus, saat belum melakukan shalat, energi itu
tidak terpancar. Tetapi ketika kita sudah memulainya, energi itu akan terpancar
baik secara vertikal maupun horisontal. Agus mengibaratkan hal itu dengan lampu
yang dinyalakan dengan tenaga baterai. Lampu yang dinyalakan hanya dengan satu
baterai tentu kalah terang dengan yang dinyalakan dengan lebih banyak baterai.
Demikian juga dengan orang yang melaksanakan shalat. Jika kita shalat
sendirian, energi yang kita pancarkan hanya memiliki kekuatan satu pancaran
saja. Tetapi kalau kita sholat berjamaah, maka masing-masing orang memancarkan
energinya masing-masing dan bergabung menjadi energi yang jauh lebih besar. Hal
ini persis seperti sejumlah baterai yang digabungkan secara serial untuk
menghidupkan lampu. Baterai-baterai yang terhubung secara serial itu harus
bersentuhan satu sama lain agar energinya bisa tersalur dan bergabung. Demikian
juga halnya dengan shalat berjamaah, Rasul memerintahkan kita untuk merapatkan
barisan sampai bersentuhan satu sama lain, tapi bukan berarti
berdesak-desakkan. Hal ini ditafsirkan agar energi positif yang terpancar
masing-masing jamaah bisa tersalurkan dan bergabung menjadi pancaran energi
yang lebih besar. Begitu juga denga shalat berjamaah di Masjidil Haram yang
dikatakan oleh Rasul berpahala 100 ribu kali lipat dibandingkan shalat sendiri
di tempat lain. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena adanya
pancaran-pancaran energi positif dari jutaan jamaah yang melaksanakan shalat di
seputar Ka’bah dan Masjidil Haram, ditambah dengan pancaran energi dari sekian
banyak umat Islam yang melaksanakan shalat di berbagai penjuru dunia yang
semuanya menghadap ke Ka’bah di Masjidil Haram.
Kelipatan 19
Fenomena angka 19 dan kelipatannya di dalam Al Quran
memang sudah cukup lama dibicarakan orang. Berikut adalah beberapa di antaranya
yang dikutip dari buku Matematika Islam yang ditulis oleh KH. Fahmi
Basya, dosen mata kuliah Matematika Islam di Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta.
Apabila kita hitung jumlah huruf nyata dalam kalimat
basmalah, akan kita lihat ada 19 huruf nyata di dalamnya. Selain itu, angka 19
atau kelipatannya juga banyak muncul dalam Al Quran (lihat Tabel).
Tabel di atas baru sebagian saja yang dikutip, karena
dalam tulisan Fahmi Basya ada 26 poin dalam tabel tersebut. Masih berkaitan
dengan angka 19, apabila kita menghitung ruas tulang jari-jari tangan dan kaki
kita maka masing-masing memiliki 19 ruas tulang.
Kita memiliki dua tangan dan dua kaki, jumlah ruas
tulang tersebut adalah 19 x 4 = 76. Adapun surat ke-76 di dalam Al Quran adalah
Al Insan yang berarti manusia. Sehingga, apabila kita perhatikan nomor surat,
nama surat, dan jumlah ruas tulang, ternyata memiliki hubungan satu sama lain
yang berkaitan dengan bilangan 19.
Pengulangan 7
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu
tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (Q.S. Al Hijr 15: 87). Sebagian besar ulama
menafsirkan bahwa tujuh ayat yang diulang-ulang itu adalah surat Al Fatihah.
Dan faktanya memang benar, tujuh ayat dalam surat Al Fatihah itu memang
diulang-ulang oleh seluruh umat Islam ketika melakukan shalat.
Namun, apabila kita perhatikan fenomena lainnya, akan
kita temukan fenomena pengulangan 7 lainnya. “Dia-lah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al Baqarah 2:
29) Di dalam ayat tersebut, Allah menyebut tentang adanya tujuh langit. Dan
ternyata ayat yang membicarakan tentang tujuh langit di dalam Al Quran
jumlahnya juga tujuh ayat. yaitu dalam surat Al Baqarah 2: 29, Al Mukminuun 23:
17, Fushshilat 41: 12, Ath-Thalaq 65: 12, Al Mulk 67: 3, Nuh 71: 15, dan An
Naba’ 78: 12.
Selain itu, kalau kita perhatikan dengan saksama,
ternyata angka tujuh memiliki keunikan tersendiri. Apabila kita bagi sebuah
bilangan (berapa pun yang tak habis dibagi tujuh) dengan angka tujuh, hasil
yang akan diperoleh adalah pola angka-angka unik di belakang koma. Pola
angka tersebut akan selalu berulang setelah angka satu. Jadi, angka tujuh memang
benar-benar memiliki fenomena pengulangan.
4 Ruku 4 Sujud
KH. Fahmi Basya menjelaskan bahwa ketika kita telah
melakukan 1 rakaat dalam shalat, sesungguhnya kita sudah melakukan satu putaran
yang terdiri atas satu kali ruku dan dua kali sujud. Saat ruku kita membentuk
sudut 90° dari posisi berdiri tegak. Sedangkan saat sujud kita membentuk sudut
90°+45°=135° dari posisi tegak. Sehingga 1 ruku ditambah dua sujud adalah 90° +
135° + 135° = 360° atau satu lingkaran penuh.
Namun, ada shalat yang satu rakaatnya terdiri atas dua
ruku dan dua sujud, yaitu Shalat Gerhana. Aisyah r.a. berkata, “Pada masa
Rasulullah saw. masih hidup pernah terjadi gerhana matahari. Maka Rasulullah
saw. menyuruh orang banyak shalat berjamaah. Setelah mereka berkumpul,
Rasulullah saw. datang lalu bertakbir dan shalat 4 kali ruku dan 4 kali sujud
dalam dua rakaat.” (Sahih Muslim)
Oleh KH. Fahmi Basya, perputaran dalam Shalat Gerhana
yang terdiri atas dua rakaat dengan 4 ruku dan 4 sujud itu dihitung sebagai
berikut.
Rakaat
1
= 360º + 90º
(karena 2 x rukuk)
=
0º + 90º =
90º
Rakaat
2
= 360º + 90º
(karena 2x rukuk)
=
0º + 90º =
90º
——————————————————————————— +
= 180º
= Garis Lurus
Maknanya, dalam Shalat Gerhana berarti kita membentuk
sudut 180º atau garis lurus. Hal ini sama dengan posisi matahari, bumi, dan
bulan saat terjadi gerhana, yaitu membentuk satu garis lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan numpang coret bagi syapa sj yang berminat yaa...sebaris ketikan komen kamu sangat berarti besar buat motivasi blog baru ini..(o_o)v