Kamis, 01 Maret 2012

Bimbingan Konseling


TUGAS INDIVIDU

RESUME BIMBINGAN DAN KONSELING
ANALISIS TRANSAKSIONAL, ALIRAN REALITY DAN REBT

UIN Color.JPG










DISUSUN OLEH
HERLIANA HAMID
20402108026


PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
             Segala puji bagi Allah SWT yang maha menghendaki segala sesuatu yang terjadi.Maka sudah selayaknya kita sebagai umat yang beriman tidak pernah lepas dari rasa syukur kehadirat Ilahi Rabbih.Kemudian kepada sang revolusioner sejati baginda Rasul Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari lembah kebiadaban menuju puncak peradaban.kepadanya selalu tercurah Salawat atasnya semoga dihari kemudian terlimpah kepada kita semua syafaat dari beliau.
             Dalam kesempatan ini penulis menyusun resume dari tiga materi teori bimbingan dan konseling yaitu analisis transaksional, aliran reality dan REBT Ini semua tidak terlepas dari kerja sama teman-teman yang aktif memberikan sumbangsi buah pikirannya.Semoga makalah ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca yang haus akan ilmu pengetahuan
            Terakhir, Penulis sebagai manusia biasa tetap sadar akan kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kami. Maka dari itu penulis mengharapakan kritik serta saran yang dapat membangun sehingga karya-karya tulis berikutnya akan lebih sempurna.Thank’s for all.

                                                                        Makassar,      April   2011


                                                                                    Penyusun

DARTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I        :    ANALISIS TRANSAKSIONAL
A.      Latar belakang sejarah
B.      Konsep dasar
C.      Status ego
D.     Hambatan transaksi pribadi
E.      Jenis transakasi
F.       Keputusan dan Re-desicions
BAB II       :    ALIRAN REALITY
BAB III      :    RATIONAL EMOTIF BEHAVIOUR THERAPY (REBT)
A.      Latar belakang                                              
B.      Pengertian
C.      Konsep Dasar
D.     Tujuan Konseling
E.      Teknik-teknik konseling dalam REBT
DAFTAR PUSTAKA











BAB 1
ANALISIS TRANSAKSIONAL


A.      Latar Belakang Sejarah
Analisis Transaksional awalnya dikembangkan oleh Eric Berne ( i968 ) yang dilatih sebagai psikoanalisis Freud dan psikiater. Teori analisis transaksional merupakan  karya besar Eric Berne yang ditulis dalam buku GAMES PEOPLE PLAY .Teori transaksional merupakan teori terapi yang sangat popular dan digunakan dalam konsultasi pada hamper semua bidang-bidang ilmu-ilmu perilaku.

B.      Pengertian dan konsep dasar
Kata “transaksi” selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antar pribadipun dikenal adanya transaksi. Yang dipertukarkan adalahpesan-pesan baik verbal maupuun nonverbal. Analisis didasarkan pada asumsi bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali keputusan yang pernah diambil. Berdasarkan teori analisis transaksional, analisis terhadap subyek pelaku transaksi dapat dilakukan melalui analisis instansi identitas atau analisis egostate sedangkan untuk menganalisis transaksi yang terjadi antara beberapa individu yang masing-masing memiliki ego state tersendiri itu dapat dilakukan sebbuah analisis transaksi.Konsep dasar dari analisis transaksional adalah re-decisions.

C.      Status Ego
Menurut Encarta Dictionary, ego state berasal dari  kata “ego” bahasa latin yang berarti saya dan secara harfiah berarti diri sendiri.Kata “state secara harfiah berarti “bagian” atau “instansi” .Ego state myang dimaksud Berne adalah instansi-instansi dari suatu kepribadian manusia yang dibangun oleh pola-pola perasaan dan pengalaman yang terkait langsung dengan perilakunya.
            Dalam setiap manusia memiliki tiga ego state yaitu:
1.      Parental Exeteropsychic yaitu sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua yang terbagi atas naturing parent seperti tindakan menasehati, memberikan hiburan, menguatkan perasaan melindungi dll serta critical parent seperti tindakan suka menghardik, membentak, melarang, menghukum dll
2.      Adult Neopsychic yaitu sikap asar ego yang mengacu pada sikap dewasa dimana pada masa ini seseorang akan bersikap pragmatis dan realistis.mengambil keputusan berdasarkan fakta, rasional, tidak emosional dan obyektif.
3.      Child Arheopsychic yaitu sikap dasar ego yang mengacu pada sikap anak-anak .Ego anak ini terbagi dua yakni natural child dan adapted child.
Berne mengungkapkan empat cara mngetahui sikap ego yang dimiliki setipa individu yaitu:
1)      Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya
2)      Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain
3)      Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masa kecil
4)      Mengecek keadaan diri sendiri

D.     Hambatan transaksi pribadi
Berne juga mengemukakan terdapat beberapa factor yang menghambat terlaksananya transaksi antar pribadi atau keseimbangan ego sebagai sikap yang dimiliki seseorang ,Terdapat dua hambatan utama,yaitu:
1.      Kontaminasi ( contamination ) yaitu pengaruh kuat dari salah satu sikap atau lebih seseorang yang membuatnya tidak seimbang
2.      Eksklusif ( exclusive ) yaitu penguasaan sikap yang sangat mempengaruhi terlalu lama pada diri seseorang

E.      Jenis transaksi antarpribadi
1.      Transaksi Komplementer

Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antar pribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukaran,pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam ego yang berbeda.

2.      Transaksi silang

Terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respon yang sewajarnya.Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antar pribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan.

3.      Transaksi tersembunyi
Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikasi sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lain
           
Menurut Berne ada beberapa posisi dasar bagi seseorang jika komunikasi antar pribadi secara efektif dengan orang lain,yaitu:
1.      1’m OK, you’re OK
2.      I’m OK, you’re not OK
3.      I’m not OK, you’re OK
4.      I’m not OK, you’re not OK
Berne menyebutkan enam jenis transaksi interpersonal yang dikenal dengan nama” Structuring of time “ yaitu
*      Pengunduran
*      Ritual
*      Aktivitas
*      Waktu luang
*      Game
*      Keintiman

F.       Keputusan dan re-decisions
Daftar berikut ,berdasarkan Gouldings (1978,1979) teermasuk perintah umum dan beberapa kemungkinan keputusan tnggapan mereka:
*      “jangan melakukan kesalahan”, keputusan “aku takut membuat kesalahn
*      “jangan”,kemungkinan keputusan “ aku akan terus mencoba”
*      “Jangan dekat”,kemungkinan keputusan “aku akan tetap sendiri”
*      “Jangan menjadi penting” kemungkinan keputusan “aku akan mengecilkan prestasi saya”
*      “Jangan kekanak-kanakan” kemungkinan keputusan”aku tidak akan membuat diriku bersenang-senang”
*      “Jangan tumbuh” kemungkinan keputusan”aku akan tetap kekanak-kanakan”
*      “Jangan berhasil” kemungkinan keputusan”Aku tidak bias melakukan apapun dengan sempurna,jadi buat apa mencoba?”
*      “Jangan kamu” kemungkinan keputusan”Aku akan berpura-pura bahwa aku bukan aku.
*      “Jangan waras”kemungkinan keputusan”Aku akan sakit “
*      “Jangan memiliki”kemungkinan keputusan “ Aku akan menjadi penyendiri selamanya”
BAB II
ALIRAN REALITAS
Paul Meier, dkk., mengatakan bahwa terapi realitas tampaknya memiliki pengaruh yang besar terhadap konseling karena menekankan tanggung jawab individu dan berusaha membedakan apa yang benar dan salah. Para psikoterapis umumnya hanya menyerukan dengan lantang kepada konseli untuk menghadapi kenyataan, melakukan yang terbaik dan bertanggungjawab, namun mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar klien. Karena itu seorang konselor Kristen, juga berusaha memenuhi kebutuhan dasar konseli: kasih dan rasa berharga (love and self-worth).
Sebagaimana ditekankan oleh Gary Collins bahwa masyarakat merupakan sebuah kelompok terapis, tidak hanya terbatas pada pertemuan-pertemuan antara sesama konseli atau antara konseli dengan konselor yang terlatih, tetapi mencakup para keluarga, kelompok studi, sahabat yang dapat dipercaya, rekan profesional, kelompok karyawan mapun sejmlah orang yang seringkali menyediakan bantuan yang diperlukan baik pada masa-masa krisis, maupun pada saat individu menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka signifikansi selektif terapi realitas yang dapat digunakan dalam pelayan konseling , antara lain:
1)      Perubahan perilaku. Glasser beranggapan bahwa perilaku yang tidak bertanggungjawab dari seorang konseli sebagai penyebab gangguan mental sebenarnya sejalan dengan asumsi konseling. Larry Crabb mengatakan bahwa manusia bertanggungjawab untuk percaya pada kebenaran yang akan menghasilkan perilaku yang bertanggungjawab yang akan menyediakan baginya makna, pengharapan dan kasih yang berfungsi sebagai penuntun kepada hidup yang lebih efektif dengan orang lain sebagaimana dengan dirinya sendiri.
2)      Berpatokan pada nilai benar dan salah. Konseling terhadap individu yang mengalami berbagai persoalan kehidupan dewasa ini harus tetap berpatokan dan menjunjung tinggi nilai benar dan salah. Sebab itu dalam pelayanan konseling bilamana terindikasi bahwa persoalan diakibatkan oleh masalah etika dan tatanilai, maka konseli harus didorong untuk bertanggungjawab dengan memperhatikan nilai benar dan salah.  
3)      Pengalaman masa lalu konseli tidak boleh dijadikan alasan dalam menghadapi realitas kehidupan. Terapi realitas menolak mengaitkan masa lalu dengan rasa bersalah (guilty feelings), maka hal ini merupakan sesuatu yang positif agar konseli berani melangkah menghadapi kenyataan sekarang. Demikian pula masa lalu seseorang yang meninggalkan trauma bisa dihindari dengan cara konselor membantu konseli untuk melupakan pengalaman buruk di masa lampau .
4)      Terapi realitas menolak alasan pembenaran terhadap perbuatan tertentu sangat positif untuk dijadikan perhatian dalam konseling. Kecenderungan untuk mencari kambing hitam dengan menuding orang lain atau mencari-cari alasan untuk membenarkan perbuatannya harus ditolak.  
5)      Pemikiran terapi realitas yang memfokuskan upaya pertolongan kepada konseli agar dapat memahami dan menerima keterbatasan dirinya perlu dikembangkan dalam konseling Kristen.  
6)      Melalui terapi realitas konseli dibantu untuk merubah cara berpikir dan paradigma lama yang dianutnya dengan kukuh. Cara berpikir, paradigma yang dianut, serta sikap kaku yang cenderung menutup diri terhadap realitas yang tumbuh dan berkembang di sekitar kita acapkali menjadi pemicu lahirnya berbagai konflik menyangkut sistem nilai, dan sebagainya.
Oleh karena terapi realitas juga menggunakan teknik konfrontasi, yang sejalan dengan konseling nouthetis sebagaimana digunakan secara luas oleh Jay Adams, maka hal ini dapat digunakan dalam mengkonseling klien yang mengalami persoalan karena dosa. Konfrontasi diharapkan dapat mengoreksi kesalahan konseli dan membantu dia mengubah perilaku berdasarkan pengajaran yang diberikan kepadanya.
Terapi realitas yang menekankan kelakuan konseli yang bertanggungjawab terhadap realitas, perbuatan baik dan tanggungjawab; pada dasarnya erat kaitannya dengan pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia yang dibuat oleh Abraham Maslow, sebagaimana dikutip oleh Larry Crabb, yaitu:
*      kebutuhan fisik (physical): adalah unsur-unsur penting untuk memelihara kehidupan fisik manusia (makan-minum,tempat tinggal, dsb).
*       Rasa aman (security/physical security): kayakinan bahwa kebutuhan fisik kita akan tersedia pada hari esok.
*      Kasih (love): yang disebut rasa aman oleh Crabb.
*      Tujuan: signifikansi (Crabb)
*      Aktualisasi diri: ekspresi kualitas terbaik manusia: mengembangkan diri secara penuh, kreatif, ekspresi diri pribadi.
Dalam pelayanan contoh kasus yang dapat ditangani melalui terapi realitas beraneka ragam. Misalnya: seorang mahasiswa teologi yang suka menyontek, harus bertanggungjawab atas perilakunya dengan menerima sanksi akademis tertentu dan berjanji untuk tidak mengulanginya di masa mendatang. Ia harus menyadari pula bahwa hal menyontek adalah salah. Seorang konselor yang  temperamental harus menerima kenyataan bahwa klien pindah ke konselor lain, atau menerima kenyataan bahwa ia tidak diminati klien. Ia harus merubah perilaku tersebut.
Singgih D. Gunarsa menandaskan bahwa terapi realitas bertujuan untuk memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada klien untuk bisa mengambangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimilkinya untuk menilai perilakunya sekarang dan apabila perilakunya tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka perlu memperoleh perilaku baru yang lebih efektif. Perilaku yang dimaksud adalah kebutuhan dasar manusia, yakni :kasih sayang dan merasa diri berguna (love & self-worth). Terapi dengan menggunakan pendekatan terapi realitas secara aktif membantu klien memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam realitas terapi adalah membangun relasi yang hangat, pribadi dan bersahabat antara konselor dengan konseli yang diwarnai pula oleh sikap saling memahami dan menerima. Keuntungan dari terapi realitas tampaknya terletak pada jangka waktu terapi yang relatif singkat dan berurusan dengan masalah-masalah tingkah laku sadar. Konseli diperhadapkan pada keharusan mengevaluasi tingkah lakunya sendiri dan membuat pertimbangan nilai.
Terapi realitas dapat digunakan sebagai alternatif pelayanan kepada anggota jemaat yang bermasalah. Tentu dengan menyeleksi unsur-unsur positif yang terkandung di dalamnya dan menyingkirkan pokok pemikiran yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Sehubungan dengan hal itu, Gerald Corey dalam bukunya, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, mengatakan bahwa terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Sedangkan menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang diperkenalkan oleh William Glasser memusatkan perhatiannya terhadap kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan tiga hal (3-R): realitas (reality), melakukan hal yang baik (do right), dan tanggungjawab (responsible).



BAB III
RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY ( REBT )

A.     Latar Belakang
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangkan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Albert Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkannya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974) .
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.
Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
B.    Pengertian Teori Konseling Rational Emotive Therapy (RET)
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak.
Yang dimaksud dengan konseling RET atau yang lebih dikenal dengan rational emotive behavior therapy (REBT) adalah konseling yang menekankan interaksi berfikir dan akal sehat (rasional thingking), perasaan (emoting), dan berperilaku (acting). Teori ini juga menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Menurut Ellis manusia itu bersifat rasional dan irasional.
C.    Konsep Dasar
Manusia pada dasarnya adalah unik dan memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Reaksi emosional seseorang terhadap suatu situasi/kejadian sebagian besar disebabkan oleh interpretasi. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan prasangka, sangat personal dan irasional. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orangtua dan budaya tempat dibesarkan. Berppikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negative serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikasi dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu  yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC yaitu :
1. Antecedent Event (A), yaitu segenap peristiwa luar yang dialami individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku atau sikap orang lain. Perceraian dalam keluarga, kelulusan bagi siswa, dan putus hubungan merupakan contoh antecedent event bagi seseorang.
2.  Belief (B), keyakinan, pandangan, nilai atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu :
     a. Keyakinan yang rasional (rational belief rB) merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal dan bijaksana.
     b.  Keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief iB) merupakan keyakinan atau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional dan tidak produktif.
3.  Emotional consequence (C), merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A). konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan B yang rB maupun yang iB.
4. Dispute (D), melawan keyakinan-keyakinan irrasional itu.
5. Effects (E), Merupakan dampak psikologis positif dari keyakinan-keyakinan rasional.
D.    Tujuan Konseling
            Tujuan konseling REBT adalah memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan konseli yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar dia dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi dirinya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Di samping itu, dalam konseling REBT, konseli dibantu untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was dan rasa marah.
            Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai konseli dalam konseling dengan pendekatan rasional emotif :
a. Insight dicapai ketika konseli memahami bahwa tingkah laku penolakan diri berhubungan dengan penyebab yang sebagian besar berkaitan dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.
b.  Insight terjadi ketika konselor membantu konseli untuk memahami bahwa apa yang menggangu konseli pada saat ini adalah keyakinan irasional yang dipelajari dari dan diperoleh sebelumnya.
c.  Insight dicapai pada saat konselor membantu konseli untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional itu.
Konseli yang telah memiliki keyakinan rasional akan memiliki peningkatan dalam hal :
1.    Self interest (minat kepada diri sendiri)
2.    Social interest (minat social)
3.    Self direction (pengarahan diri)
4.    Tolerance (toleransi terhadap pihak lain)
5.    Fleksible (fleksibel)
6.    Acceptance of uncertainty (menerima ketidakpastian)
7.    Commitment (komitmen)
8.    Scientific thinking (berpikir ilmiah)
9.    Self acceptance (penerimaan diri sendiri)
10.  Risk Taking (berani mengambil resiko).
E.    Teknik Konseling dalam REBT
              Teknik-teknik konseling REBT menurut Willis adalah teknik yang berusaha menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri. Pendekatan konseling REBT menggunakan berbagai teknik yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Beberapa teknik yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
a. Teknik-teknik emotif (afektif)
1.    Teknik Assertive Training, teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.
2.    Teknik Sosiodrama (Bermain peran), teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
3.    Teknik Self Modeling, teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu dimana konselor menjadi model, dan klien berjanji akan mengikuti.
b. Teknik-teknik Behavioristik
1.    Teknik reinforcement (punishment and reward), teknik untuk mendorong konseli kearah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar system nilai dan keyakinan yang irrasional pada konseli dan menggantinya dengan system nilai yang positif.
2.    Teknik Social Modeling, teknik untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam model social yang diharapkan dengan imitasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam system model social dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
c. Teknik-teknik Kognitif
1.    Home Work Assigments, teknik dengan pemberian tugas rumah
2.    Teknik Bibliotherapi, teknik dengan pemberian bahan bacaan
3.    Teknik diskusi
4.    Teknik simulasi, teknik dengan memainkan peran antara konselor dengan klien
5.    Teknik Gaming, teknik dengan melakukan permainan

           
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (terj.) (Bandung: Eresco,
1988).
Crabb, Lawrence J. Effective Biblical Counseling (Grand Rapids-Michigan: Zondrvan
Pub. House, 1977).
Gunarsa, Singgih D. Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan numpang coret bagi syapa sj yang berminat yaa...sebaris ketikan komen kamu sangat berarti besar buat motivasi blog baru ini..(o_o)v