Aku Nana. Umurku 13 tahun saat aku
mendapat surat cinta pertama dari seorang anak laki-laki. Mungkin untuk anak
jaman sekarang, umur segitu sudah hal yang lumrah jika ada seseorang yang ingin
lebih dekat dengan kita, seseorang yang ingin di anggap spesial. Namun bagiku
saat itu, ah…itu sesuatu yang menakutkan.
Saat itu musim libur sekolah…
“Na…nih…!”
sahabatku datang menghampiriku dan
memberiku selembar amplop. Amplopnya cute banget, bergambar karakter beruang
warna pink.
“Wah…lucunya…buatku nih?”
segera kurebut amplop lucu itu dari
tangan Mimi sahabatku itu. Tumben-tumbenan dia mau berbagi amplop denganku,
sudah pensiun dia jadi kolektor amplop?…hehe. Pikirku dalam hati.
Sejak SD Aku dan Mimi senang
mengkoleksi Kertas surat dan amplop lucu dengan berbagai karakter. Kami
bersaing mengumpulkan koleksi cantik sebanyak-banyaknya. Kadang aku suka kesal
dengannya, Dia takkan melewatkan sedikitpun kesempatan untuk menambah
koleksinya dan berbagi denganku. Sahabat macam apa itu…hehehe.
“Ini cute lho Mi? Kamu merelakannya buatku ya? Baik banget…Tengkyu darling…?”Cerocosku senang. Ini
kesempatan langka sekali seumur hidup dan takkan ku sia-siakan…sebelum Mimiku berubah
pikiran.
“Itu bukan buat koleksi dodol,
perhatikan baik-baik. Itu surat untukmu cantik.” Katanya sambil menunjuk sebuah
nama yang tertulis di sisi depan amplop
To
Nana
From Andi
Aku tersentak. Hah? Surat? Buatku?
Dari Andi. Andi siapa? Gumamku dalam hati.
“Baca gih cepet. Aku penasaran, Na.”
Kata mimi lagi.
Penasaran juga isinya apa akhirnya
kubuka perlahan amplop itu. Hmm..wangi..Kutangkap aroma wangi bunga saat
suratnya kubuka. Kulirik rangkaian kata yang tergores di kertas itu. Cukup
rapi. Untuk ukuran seorang anak laki-laki, tulisannya sangat bagus. Bahkan
lebih bagus dari tulisanku sendiri. Aku jadi malu sendiri saat itu.
Untuk
Nana
Maaf
karena sudah lancang mengirim surat ini ke Nana. Tapi ada sesuatu yang ingin
aku sampaikan ke Nana penting. Bisakah
Nana datang ke Pasar malam ,malam minggu nanti? Aku harap bisa ya?…Ku tunggu di
dekat Tong Edan.
Salam
Andi
Aku terdiam. Bingung. Tak tahu harus berbuat
apa. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, Aku mendapatkan surat, dan tidak
tanggung-tanggung suratnya dari seorang anak cowok. Inikah yang namanya surat
cinta?
Ah, tak ada kata puitis di dalamnya,
tak ada rayuan gombal tertulis sana, tak ada pujian yang kulihat. Ini pasti
surat biasa, layaknya surat antara sesama teman biasa. Ada apa denganku? Virus
Ge Er merasukiku kayaknya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam ini tepat malam minggu. Jalan
depan rumah mulai ramai, mereka berduyun-duyun melangkahkan kakinya ke tempat
itu. Menghabiskan malam minggu mereka yang panjang di tempat itu. Ya…Pasar
Malam. Pasar malam plus Taman hiburan dadakan yang sudah sebulan ini mampir di
kotaku.
Pasar malam? Hmm… surat itu……AKu
kembali teringat isi surat itu. Haruskah aku kesana? Ah…tidak usah deh, tidak
penting .
“Nanaaaaaaaaaa…….!!!!!!!!!!!!”
Kudengar teriakan dari luar yang
memanggil namaku. Teriakannya makin lama makin jelas mendekat di depan pintu
kamar. Biar kutebak, itu pasti…..
“Naanaaaaa…..kenapa kamu belum
siap-siap? Yukkk jeng kita pergi…” Mimi muncul dari balik pintu kemudian
menarikku keluar… ah, anak ini sukanya maksa…gumamku. Segera ku sambar jaket
pink yang tergantung di sudut kamar kemudian mengikuti Mimi yang terlihat
bersemangat membawaku ke tengah hiruk pikuk keramaian pasar malam.
“Kamu janjian dimana?” Tanya Mimi
membuyarkan lamunanku.
“Hah…ehh…Hmm…Aku..Di…deka..t
Tong…Eeda..nn…” Jawabku kikuk.
“wah.. kebetulan…kita berdiri tepat di
dekat Tong berisik ini…! Ujar Mimi sambil tersenyum ceria.
Hah? Apa? Koq…Aku bisa dsni? Padahal
tak ada niat sedikitpun untuk bertemu dia hari ini.Huft…Pikirku lemas.
“Kita pergi saja yuuk..”
Kutarik tangan mimi untuk segera beranjak
dari tempat itu.Namun belum sempat langkahku kuayun…
“Nana…!”
Langkahku terhenti. Seseorang
memanggil namaku.
“Makasih ….sudah datang Na!”
Aku berbalik . Seorang anak cowok
berdiri tepat di depanku. Tersenyum. Manis sekali. Dia…Andi. Saat kulihat
matanya, segera kupalingkan wajahku, menunduk, Aku malu. Kugenggam tangan
sahabatku erat, berharap Mimi tak meninggalkanku dalam suasana seperti ini. Aku
bisa mati berdiri, salting, kikuk karna malu.
“Bisa kita bicara berdua?” pinta anak cowok
itu.
“Bisa…!” mimi menyahut lalu
mendorongku ke depan. Hampir saja aku jatuh menabrak Andi. Untung sistem
pertahananku cukup sigap sehingga aku hanya tersandung kecil dan tak
menimbulkan insiden memalukan.
“Aku pergi ya…takut ganggu!” Pamit
Mimi pada Andi, dia melirikku sejenak dan tersenyum nakal. Belum sempat aku
menahannya mimi berlalu dengan lincahnya. Anak ini benar-benar mengerjaiku.
Awas nanti. Gumamku dalam hati
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kini tepat 10 tahun sejak surat
pertama itu ku dapat. Malam itu? Tak ada moment istimewa yang terjadi, malah
sepertinya, aku mengacaukannya. aku begitu kikuk dan bingung. Pertama kali
berdekatan dengan seorang yang berbeda jenis membuatku deg-degan, bingung dan malu.
Setelah mimi pergi, kami hanya saling
diam. Cukup lama sampai akhirnyaa dia mulai membuka suara dan menyatakan apa
yang sudah kuduga-duga sejak aku menerima suratnya. Aku yang saat itu sungguh
kuper urusan cinta malah melakukan hal bodoh. aku bangkit dengan malu-malu lalu
mengembalikan suratnya dan kemudian berlalu tanpa sepatah katapun kuucapkan,
meninggalkannya sendiri. Sempat kulihat gurat kekecewaan terlukis diwajahnya,
namun tak kuhiraukan, aku tetap berlalu meninggalkannya. Sungguh memalukan jika
mengingat kejadian itu.
“Nana…!”
Seseorang memanggilku, membuyarkan
lamunanku. Aku berbalik kearahnya. Memandangnya lama kemudian tersenyum lega. Seorang
lelaki dewasa kini berdiri dihadapanku. Tersenyum manis sekali. Senyum yang
membuatku kikuk 10 tahun lalu, sekikuk saat aku menerima surat pertamanya dulu…
Kugenggam surat cinta pertamaku
bersama surat-suratnya yang lain. Ribuan surat cinta imut dan lucu yang
dikirimkan buatku. Dan menjadi koleksi kesayanganku…