Sabtu, 17 November 2012

Skizofrenia, Gangguan menakutkan…???



Kalian pernah liat orang tiba-tiba berteriak sendiri? Sering bertingkah aneh, menyakiti diri sendiri sampai-sampai ingin bunuh diri? Atau pernah menonton berita tv tentang pembunuhan sadis yang katanya didasarkan pada bisikan gaib? Yakin kalo itu bisikan gaib?? Kalian pasti langsung mengira kalo orang itu sedang kerasukan atau mereka adalah orang gila. Hmm…Pernah gak terfikir kalo mungkin saja mereka adalah penderita skizofrenia yang tidak terdeteksi?

Skizofrenia??? Apa itu??

Menurut wikipedia,Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku.[1] Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Menurut WHO (2011), ada beberapa fakta menarik berkaitan dengan skizofrenia:
-Skizofrenia memengaruhi sekitar 24 juta orang di seluruh dunia.
-Skizofrenia merupakan gangguan yang dapat dirawat (treatable), terapi akan menjadi lebih efektif di stadium awal.
-Lebih dari 50% penderita skizofrenia belum mendapatkan perawatan yang sesuai dan maksimal.
-Sekitar 90% penderita skizofrenia yang tak terawat berada di negara-negara berkembang.
-Perawatan penderita skizofrenia dapat dilakukan di level komunitas, dengan dengan melibatkan peran serta komunitas dan keluarga secara aktif.

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain
-ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
-Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
-Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
-Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:

-Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
-Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara

Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.

Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.

Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.

Di Indonesia, terdapat komunitas peduli schizophrenia dengan nama Komunitas Peduli Schizophrenia Indonesia (KPSI). Kegiatan utama yang dilakukan komunitas ini adalah mengedukasi masyarakat tentang schizophrenia.  Selain kegiatan utama, komunitas ini juga menjadi wadah bagi keluarga penderita untuk saling berbagi mengenai permasalahan yang dihadapi dan solusi terhadap masalah masalah yang dihadapi.

Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi. Saya juga pernah membaca sebuah novel based true story  dari penderita Skizofrenia Lori Schiller “The Voices of Demonds” yang sekarang hidup normal dan menjadi penasehat serta mengajar tentang perawatan dan penanggulangan penyakit schizophrenia di New York Hospital. Skizofrenia bukan untuk ditakuti tetapi perlu di beri perhatian lebih. ^_^V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan numpang coret bagi syapa sj yang berminat yaa...sebaris ketikan komen kamu sangat berarti besar buat motivasi blog baru ini..(o_o)v